Dosen STIE Perbanas Surabaya Goes to Amerika, Inilah Ceritanya
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (RISTEK DIKTI), tepatnya Direktorat Sumber Daya IPTEK dan Dikti mengeluarkan pengumuman tentang Short Course Spiritual Pedagogy yang diadakan pada pertengahan bulan November 2018 di University of California at Riverside, USA. Berdasarkan informasi tersebut, salah satu dosen Program Sarjana Ekonomi Syariah STIE Perbanas Surabaya, Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI., berkesempatan untuk ikut serta dengan melayangkan berkas pengajuan.
Dari seleksi awal hingga pemberkasan, dirinya pun lolos bersama dengan dua belas dosen dari kampus lain di Indonesia. Setelah mendapatkan surat panggilan seleksi ke Jakarta untuk tes wawancara, akhirnya pihaknya pun lolos tes wawancara bersama dengan keenam dosen lainnya. Sementara, materi seleksi wawancara saat itu berkaitan dengan pengetahuan umum, bahasa inggris dan arab, publikasi jurnal ilmiah, publikasi buku-buku ajar dan buku referensi, penelitian kolaborasi, dan sejumlah materi lainnya.
Lebih lanjut, Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI bercerita proses pengurusan administrasi ke Amerika, tidaklah mudah. Apalagi visa yang digunakan adalah visa J-1, yang khusus digunakan untuk agenda universitas. Pertama, dirinya melakukan pengisian bioform (biography for academic personnel) di sistem kampus yang akan dituju, yaitu University of California Riverside (UCR). Usai memasukkan sejumlah data yang diperlukan, maka kampus UCR menerbitkan surat approve appointment as visiting scholar.
”Urusan administrasi pun tidak hanya berhenti di sana, karena agenda selanjutnya adalah mengisi isocline atau international students and scholar payment confirmation. Kewajiban pertama harus membayar USD 500 untuk bisa masuk ke dalam sistem yang ada. Setelah pembayaran, maka akan keluar DS 2019 yang merupakan surat sakti yang harus dibawa untuk wawancara visa di kedutaan besar Amerika, dan jika DS 2019 tidak ada, maka kunjungan ke Amerika tidak akan bisa terjadi,” ceritanya.
Setelah melewati beberapa prosedur pengurusan visa yang melelahkan, penulis Buku Etika Bisnis dalam Islam ini berhasil berangkat ke kampus UCR bersama dengan lima orang dosen lainnya. Dalam hal ini, STIE Perbanas Surabaya mendapatkan suatu kehormatan karena menjadi salah satu kampus yang berhasil mengirimkan dosennya untuk berkontribusi dalam kegiatan tersebut.
Mulai tanggal 21 November 2018 hingga 13 Desember 2018, Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI., pun mengikuti short course. Dirinya mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerja sama atau join riset dan publikasi dengan dosen-dosen di Middle East and Islamic Studies Program University of California at Riverside (UCR). Hal tersebut telah sesuai dengan bidang keilmuan yang digelutinya, yakni Ekonomi Islam. Beliau juga mengikuti dengan baik bagaimana proses belajar mengajar yang ada di kampus UCR.
”Kami mengikuti seat in di beberapa kelas yaitu upper class, lower class dan graduate class. Pengalaman tersebut bisa menjadi masukan untuk transformasi keilmuan di civitas academika STIE Perbanas Surabaya. Selain itu, bisa dijadikan sarana mengembangkan jejaring dengan akademisi lainnya di kancah internasional, untuk kerjasama yang lebih intensif di masa yang akan datang,” paparnya.
Beberapa rangkaian kegiatan yang lainnya juga dilakukan oleh Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI, terkait dengan community visite, cross cultural study, participant seminar, independent and library research, academic discussion, dan lain sebagainya. Dirinya turut melakukan observasi sederhana tentang bagaimana praktik keuangan syariah di negeri Paman Sam tersebut. Misalnya, Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI, menemukan bahwa ada beberapa developer syariah yang telah menawarkan housing tanpa riba.
Hal tersebut ia ketahui dari komunitas muslim lintas negara yang kebetulan tinggal di Arena San Bernardino, California, USA. Beberapa brosur tentang jual beli properti tanpa riba pun ditemukan di salah satu ruang di sudut masjid Al-Rahman, daerah Fontana, California. Masjid tersebut digunakan untuk peribadatan Muslim Amerika dari berbagai macam ras, suku dan warna kulit. Di satu kesempatan yang lainnya, ia juga mengikuti International forum yang diadakan oleh International Affair dari Kampus UCR. Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI., dan kelima rekannya menjadi delegasi dari Indonesia untuk bisa bertukar informasi dengan peserta lainnya. ”International forum ini dihadiri oleh para scholar atau ilmuwan dari beberapa dunia, dari China, Brazil dan India, dengan berbagai macam disiplin keilmuan yang berbeda-beda,” imbuhnya.
Di sela-sela kegiatan Short Course, Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., MEI., berkesempatan untuk melihat satu daerah penghasil kurma terbesar di Amerika, tepatnya di Mecca California. Bermacam-macam jenis kurma dibudidayakan di sini. Rasa dan kualitasnya sangat mirip dengan yang ada di Saudi Arabia. Juga berbagai macam jenis biji-bijian yang biasa menjadi oleh-oleh Haji dan Umroh ternyata dibudidayakan dengan baik di Amerika.
“Ternyata saat ini apapun bisa tumbuh di manapun. Kurma yang menjadi ciri khas dataran gurun pasir bisa tumbuh subur di tanah California yang mempunyai hawa sejuk dan tanah gembur. Artinya jika suatu produk mempunyai demand yang tinggi dan menjadi salah satu barang yang dibutuhkan oleh publik, seharusnya menjadi prioritas yang harus diperjuangkan untuk bisa dikembangkan dengan baik di negara tersebut. Misalnya padi dan kedelai yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia juga seharusnya mampu tumbuh dengan subur sehingga bisa me-supply kebutuhan masyarakat Indonesia dengan baik. Belajar dari pertanian di tanah Amerika, di California. Jika kurma saja bisa tumbuh subur di sana, maka kenyataan bahwa selama ini kedelai untuk bahan baku tempe masyarakat Indonesia diimpor dari Amerika. Kondisi tersebut merupakan satu hal niscaya karena jika kurma saja tumbuh di sana apalagi kedelai tentu ini masalah kecil. Walhasil, belajar dari Amerika untuk masalah ekonomi pertanian tidaklah mudah, yang susah hanyalah bagaimana cara menerapkannya di negara tercinta ini Negara Indonesia Raya,” pungkasnya. (Eko.r)