JAN
14
Transformasi Digital dalam Kesehatan Mental
Selasa, 14 Januari 2025
Dilihat: 49
Penulis : Tri Puspitasari, dr
Mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hayam Wuruk Perbanas
Mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hayam Wuruk Perbanas
SURABAYA, Darahjuang.online – Seperti yang kita ketahui bersama saat ini transformasi digital juga bisa merusak kesehatan mental seseorang terutama anak-anak, bagaimana teknologi membentuk perilaku konsumen dalam beberapa tahun terakhir, transformasi digital telah menjadi topik yang semakin mendominasi diskusi di berbagai sektor, termasuk kesehatan mental.
Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), sekitar 1 dari 4 orang di seluruh dunia akan mengalami masalah kesehatan mental pada suatu titik dalam hidup mereka (WHO, 2021). Dengan meningkatnya prevalensi masalah ini, kebutuhan akan solusi yang lebih efisien dan mudah diakses menjadi semakin mendesak. Teknologi digital, seperti aplikasi kesehatan mental, teleterapi, dan platform dukungan online, telah muncul sebagai jawaban untuk tantangan ini, memungkinkan individu untuk mendapatkan bantuan dengan cara yang lebih fleksibel dan nyaman.
Sebuah studi oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa hampir 60% orang dewasa di AS percaya bahwa teknologi dapat membantu mereka mengatasi masalah kesehatan mental (Pew Research Center, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa ada kepercayaan yang berkembang di kalangan konsumen terhadap potensi teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan mental. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana transformasi digital ini mempengaruhi perilaku konsumen dan bagaimana mereka berinteraksi dengan layanan kesehatan mental.
Perubahan Perilaku Konsumen dalam Mengakses Layanan Kesehatan Mental.
Perubahan perilaku konsumen dalam mengakses layanan kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Aplikasi kesehatan mental, seperti Headspace dan Calm, telah menjadi populer di kalangan pengguna yang mencari cara untuk mengelola stres dan kecemasan. Menurut data dari Statista, penggunaan aplikasi kesehatan mental di kalangan pengguna smartphone diperkirakan mencapai 1,5 miliar unduhan pada tahun 2023 (Statista, 2023). Ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang beralih ke solusi digital untuk mendapatkan dukungan kesehatan mental.
Selain itu, layanan teleterapi telah menjadi alternatif yang menarik bagi banyak individu. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh American Psychological Association, 76% psikolog melaporkan bahwa mereka telah menggunakan layanan teleterapi selama pandemi COVID-19, dan 93% dari mereka menyatakan bahwa mereka akan terus menggunakan layanan ini setelah pandemi berakhir (APA, 2021). Ini menunjukkan bahwa teleterapi tidak hanya menjadi solusi sementara, tetapi juga berpotensi menjadi bagian permanen dari cara orang mengakses perawatan kesehatan mental.
Keuntungan dan Tantangan dari Transformasi Digital.
Transformasi digital dalam kesehatan mental menawarkan banyak keuntungan, seperti akses yang lebih mudah dan kenyamanan, ada juga tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu keuntungan utama adalah kemampuan untuk menjangkau populasi yang sebelumnya sulit diakses. Misalnya, orang-orang yang tinggal di daerah terpencil atau mereka yang memiliki mobilitas terbatas dapat mendapatkan akses ke layanan kesehatan mental tanpa harus melakukan perjalanan jauh. Menurut laporan dari National Institute of Mental Health (NIMH), 60% orang yang mengalami gangguan mental tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan (NIMH, 2022). Teknologi digital dapat membantu mengatasi kesenjangan ini. Namun, tantangan juga muncul, termasuk masalah privasi dan keamanan data.
Dengan meningkatnya penggunaan platform digital, ada kekhawatiran yang berkembang mengenai bagaimana data pribadi pasien disimpan dan dilindungi. Sebuah studi oleh Cybersecurity & Infrastructure Security Agency (CISA) menunjukkan bahwa 80% organisasi kesehatan mengalami pelanggaran data dalam satu tahun terakhir (CISA, 2023). Hal ini menyoroti pentingnya bagi penyedia layanan untuk mengimplementasikan langkah-langkah keamanan yang kuat dan transparan dalam pengelolaan data pasien.
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Perilaku Konsumen.
Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi dalam kesehatan mental. Dengan banyaknya orang yang terpaksa tinggal di rumah, kebutuhan akan dukungan kesehatan mental menjadi semakin mendesak. Menurut laporan dari McKinsey & Company, penggunaan aplikasi kesehatan mental meningkat sebesar 200% selama tahun 2020 (McKinsey & Company, 2021). Ini menunjukkan bahwa konsumen semakin terbuka untuk mencari solusi digital dalam menghadapi tantangan kesehatan mental yang dihadapi.
Lebih lanjut, pandemi juga mengubah cara orang memandang kesehatan mental. Banyak individu yang sebelumnya mungkin merasa stigma terhadap mencari bantuan sekarang lebih menerima dan terbuka untuk menggunakan layanan digital. Sebuah survei oleh Mental Health America menunjukkan bahwa 87% responden merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan kesehatan mental secara online setelah pandemi (Mental Health America, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa transformasi digital tidak hanya mengubah cara akses, tetapi juga persepsi masyarakat terhadap kesehatan mental itu sendiri.
Masa Depan Transformasi Digital dalam Kesehatan Mental.
Melihat ke depan, masa depan transformasi digital dalam kesehatan mental tampak menjanjikan. Dengan kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan dan analitik data, layanan kesehatan mental dapat menjadi lebih personal dan efektif. Misalnya, penggunaan algoritma untuk menganalisis pola perilaku pengguna dapat membantu dalam memberikan rekomendasi yang lebih tepat untuk intervensi kesehatan mental. Menurut laporan dari Deloitte, pasar aplikasi kesehatan mental diperkirakan akan mencapai $4,5 miliar pada tahun 2026, tumbuh dengan CAGR sebesar 23,5% (Deloitte, 2023).
Untuk mencapai potensi penuh dari transformasi digital ini, penting bagi penyedia layanan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan mental, teknolog, dan pembuat kebijakan juga diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan layanan kesehatan mental digital. Dengan pendekatan yang tepat, transformasi digital dapat menjadi alat yang sangat berharga dalam meningkatkan kesejahteraan mental masyarakat.
Manfaatkan media digital untuk mengurangi stigma terhadap kesehatan mental dan kembangkan aplikasi dan layanan teleterapi melibatkan psikolog dan psikiater untuk menjaga validitas dan efektifitas layanan.
Sumber Artikel: https://darahjuang.online/transformasi-digital-dalam-kesehatan-mental/